Langsung ke konten utama

Review Film Orphan: First Kill, Psikopat Yang Terjebak Di Rumah Psikopat Kejam Lainnya

Sumber Gambar: google.com

 Mungkin untuk kamu pencinta film horror & thriller sudah tidak asing dengan film satu ini yaitu Orphan: First Kill yang sempat menduduki trending film dan banyak dibicarakan di internet, karena mengangkat kisah tentang psikopat dewasa bernama Leena Klammer atau Esther yang punya wujud seperti anak kecil, berwajah innoncent tetapi psikopat yang tersemat untuk Karakter Esther di film ini.

Film Orphan: First Kill mengangkat kisah seorang gadis 30 tahun berwujud anak kecil, yang berlatar Rusia-Amerika yang kabur dari rumah sakit jiwa. Awal-mula kisahnya dimulai dengan nama asli Leena Klammer dengan kehidupannya di rumah sakit jiwa sebelum akhirnya melarikan diri dengan menggunakan identitas anak perempuan bernama Esther Albright anak perempuan yang telah lama hilang di Amerika. Namun, tindakannya ini justru menimbulkan konflik baru antara Leena dengan ibu dari Esther asli yang siap melindungi keluarganya.

Alur Cerita Orphan: First Kill

Karakter Esther atau Leena Klammer benar-benar melekat di dalam film ini. Sebagai seorang psikopat yang haus darah. Semasa dimasukan di Rumah Sakit Jiwa banyak korban yang mati ditangan Esther. kengerian Esther sebagai seorang psikopat, baru benar-benar terasa pada paruh akhir filmnya.  Prekuelnya didalam filmnya juga benar-benar menggambarkan bagaimana bahayanya seorang Esther sampai harus mendekam di dalam Rumah Sakit Jiwa sedari awal. Cerita dan kisah Esther selama di rumah sakit jiwa digambarkan didalam scene awal film ini.

Selain dari cerita dan kisah Esther di rumah sakit jiwa, hal menarik lainnya yang menjadi highlight film ini adalah bahwa, dia merupakan gadis 30 tahun yang berwujud anak kecil lugu.  Fakta ini menjadi plot twist cukup menarik didalam film ini dikarenakan, sosok anak kecil polos ini suka berganti-ganti peran demi hidup lebih bebas dengan melakukan apa saja, salah satunya menjadi Esther, anak dalam masa pencarian di internet. 

Tak lupa juga dengan plot twist lainnya, seperti fakta psikopat dari Julia Stiles sebagai ibu dari Esther yang asli, dimana ia berpenampilan yang solid sebagai ibu yang ingin melindungi keluarganya dan melakukan segala cara demi melindungi keluarganya. Walaupun begitu karakter dari sang ibu Julia berhasil menyihir kita sebagai ibu yang baik dan bertanggung jawab. 

Faktanya dia memiliki keterikatan dengan pembunuhan Esther yang asli dan Esther palsu sebagai psikopat ulum ikut berkolaborasi bersama sang ibu untuk meneruskan peran sebagai Esther didunia nyata keluarga ini. 

Sumber Gambar: google.com

 Orphan: First Kill Dalam Segi Plot Cerita

Mengusung cerita dari prekuel aslinya membuat cerita ini tidak kehilangan arah dan tetap menarik untuk ditonton. Acting Eshter yang dinilai ngeselin dan sedikit creepy berhasil dibawakan dengan baik oleh Aktris Isabelle Fuhrman. Namun, ada satu hal yang masih janggal didalam film ini. 

Dimana diawal kisahanya karakter Eshter telah menyelimuti kebrutalan dan kegeriannya hanya saja menjadi sedikit ‘kopong’ di pertengahan akhir yang terasa agak “maksa” dalam bercerita, terlebih untuk adegan pembakaran rumah hingga kejar-kejaran Eshter dengan sang ibu di stasiun. Adegan sadis  justru lebih terasa cringe dan lucu, bukan mengerikan lagi. Hal ini membuat ceritanya didalam film ini terlihat lebih monoton dan mengurangi killer case dari psikopat Esther dan sang ibu.

Terlepas dari itu, cerita ini mampu mengusung tema horror dan thriller dengan baik, dimana terdapat main case karakter Esther dengan jiwa psikopat haus darah. Film ini juga memberi kita pembelajaran untuk tidak selalu melihat pada bungkusnya, perlulah sekali-kali untuk melihat isi dalamnya agar tidak salah kaprah dalam menilai sesuatu.

Sama seperti karakter Esther si gadis berwajah innocent anak kecil yang lugu, tetapi didalamnya ternyata menyimpan fakta bahwa ia memiliki jiwa psikopat yang haus darah dan tak pandang bulu untuk membunuh tanpa perasaan bersalah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film Luck (2022) : Kita Berharga Walaupun Tidak Sempurna

  Luck sebuah sequel film kartun komedi yang ditayangkan di tahun 2022 ini berhasil menyedot khalayak umum dengen genre yang cukup relateable untuk semua. Film ini memiliki vibes yang hampir sama seperti Pixar hanya saja, film ini bukan berasal dari pixar. Film L uck adalah film animasi komedi fantasi yang disutradarai Peggy Holmes dimana, alur film ini sangat ramah keluarga yang memiliki penggalan makna yang anti gagal di dalam filmnya. Film luck mengisahkan Sam Greenfield sebagai orang paling sial di dunia. Sam seorang yatim piatu yang tinggal di panti asuhan tiba-tiba, menemukan sebuah keajaiban di dalam hidupnya. Di mana, dirinya menemukan tanah Keberuntungan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dia harus bersatu dengan makhluk ajaib di sana untuk membalikkan peruntungannya. Dalam perjalanan menemukan keberuntungannya inilah banyak sepenggal pembelajaran berharga yang membuat diri Sam merasakan kehadiran sebuah kesialannya sebagai perjalanannya untuk mengubah hidupnya ...

Kita Bisa Menjadi Kartini Baru Untuk Diri Sendiri

Setiap tanggal 21 April, Indonesia tidak pernah luput memperingati hari lahirnya seorang tokoh yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi kaum perempuan di Indonesia, tetapi juga bagi pergerakan kesetaraan gender di seluruh dunia. Kisah yang menginspirasi mengenai sosok Raden Ajeng Kartini tidak pernah luput dalam perannya yang memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan sosial. Kartini lahir pada tahun 1879 di sebuah desa kecil di Jepara, Jawa Tengah, pada masa ketika kaum perempuan di Indonesia menghadapI keterbatasan besar dalam hal pendidikan dan kebebasan. Salah satu karya terpentingnya adalah surat-surat yang ditulis untuk sahabatnya di Belanda, bagaimana pemikiranya serta pandanganya tentang perempuan dan masyarakat pada masa itu. Surat-surat tersebut menjadi bukti keinginannya untuk membebaskan perempuan dari belenggu tradisi yang membatasi potensi para perempuan. Keresahan Kartini serta semangatnya menjadi bukti nyata, dedikasi Kartini untuk perempuan d...

Purple Hearts Netflix: Stereotype Dan Kisah Cinta Seorang Tentara Di Lingkup Masyarakat

    Sumber Gambar: https://google.com/netflix.com Sempat rame di dunia jagat maya dengan fenomena “halo dek” sebagai istilah yang dilontarkan untuk para anggota instansi Tentara dan Polri yang dianggap cringe dan lebay akan seragam dan pekerjaan. Karena hal ini banyak stereotypes yang menggambarkan bagaimana sosok para anggota instansi tersebut yang dianggap berlebihan di tengah masyarakat. Tak sedikit banyak yang bercerita tentang pengalaman atau kisah bersama para tentara yang dikemas lucu dan tak biasa. Purple Hearts membawa kisah itu dalam alur filmnya, berkisah seorang musisi Cassie dan seorang tentara Luke yang melakukan kawin kontrak demi memenuhi kebutuhan masing-masing. Dalam film ini ada hal menarik yang menjadi highlight film ini, yaitu pandangan atau stereotype seorang pekerja tentara yang dianggap suka main cewek, kasar, gila hormat dan mesum. 1. Premis Cerita Yang Dihadirkan Bagaimana pandangan kisah cinta tentara dan orang biasa dengan banyaknya strereotyp...